Subscribe Us

SELAMAT MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW 12 ROBI' AL AWWAL1447 H

Langit Jingga di Hati Sarah

 

Cerpen

Oleh Hendrika LW

CANTIK DAN BUGAR.COM - Di dunia ini tak ada yang betul-betul sempurna baik atau buruk. Kelebihan dan kekurangan seperti dua sisi mata uang. Kelebihan tak boleh membuat kau sombong. Kekurangan jangan kau jadikan alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Sebab kita mesti bergerak melanjutkan kehidupan, yang terus berjalan bersama sang waktu. Itu nasehat yang sering kudengar dari guru.

Namun diriku masih saja bergulat dengan batinku sendiri. Antara bersyukur dan menghujat kehidupan yang kurasa tidak adil buatku. Mengapa aku harus terlahir seperti ini? Apa salahku? Apakah ini hukuman?

Entah berapa banyak pertanyaan yang semakin sarat mengisi kepalaku, terlebih ketika aku beranjak remaja. Di saat aku mulai merasakan penolakan teman-teman dan orang-orang di sekitar. Duh, rasanya seperti selaksa sembilu mengiris-iris ulu hatiku.

Sore itu, gelegar petir menyambar-nyambar. Langit. Ya, langit. Apakah kau marah padaku, karena aku bersungut-sungut dan protes dengan keadaanku? Ah, langit seakan tak peduli. Ia terus saja mengucurkan hujan, hingga menerobos atap rumahku. Aku tak kuasa lagi menahan isak tangis, yang kutahan sejak tadi. Kubolak- balik lembar diaryku yang basah. Sebasah hatiku. Tapi aku tak ingin menampakkn kepedihan ini di hadapan orangtuaku. Aku tahu, mereka sudah mandi peluh setiap hari. Demi aku.

Apalagi harus menunjukkan kerapuhanku di depan orang lain. Oh, tidak! Aku harus tegar. Sekali pun kadang hanya kamuflase belaka. Aku tak mau mereka meremehkanku. Sehingga aku sekuat tenaga berusaha mandiri dan bisa "berdiri" sejajar dengan teman-temanku. Waktu terus saja bergerak. Seolah tak mau berkompromi dengan keterlambatanku.

Aku masih ribut dengan pikiranku. Sementara angin hanya berbisik di antara rumpun bambu. Ia tak ingin memberitahu apapun padaku. Bahkan saat aku bertanya, akan seperti apa hidupku nanti. Angin, apakah kau memang tak mengerti pesan Ilahi untukku? Ataukah kau harus merahasiakannya? Hingga aku harus menemukan sendiri, jawaban yang aku cari selama ini. Aku kembali diam, membiarkan butiran bening mengaliri wajahku.

Malam ini bulan berseri. Aku melihatnya. Ya, aku suka berlama-lama menatapnya dari balik jendela kamarku yang sempit. Karena ia adalah sahabatku di kala orang pergi ke peraduan. Ia tempat bercerita tentang hidupku, tentang perasaanku, tentang beban hatiku, tentang semuanya. Oh bulan. Senyumanmu membawaku ke luar. Menikmati suara burung hantu dan kunang-kunang yang menari-nari mengitariku. Yah, aku bak di negeri dongeng.

Wijaya kusuma yang ditanam ibu pun, bermekaran di samping teras. Aromanya wangi sekali, semerbak di antara tiupan angin. Sebuah eksotika malam. Hmm, air mataku kering seketika. Hatiku berseri. Seindah wijaya kusuma, yang disebut-sebut orang sebagai kembang keberuntungan. Ya, aku mestinya merasa beruntung masih bisa melihat keelokan bulan, keindahan langit dan kerlap kerlip bintang di atas sana.

Kini, kepedihanku luruh sudah. Aku bersyukur masih diberi nafas hingga usiaku 17 tahun, yang orang menyebutnya masa terindah. Meski entah buatku. Lantas, apakah aku masih menyimpan marah? Sedangkan langit jingga selalu hadir, menyuguhkan cerita-cerita indah untuk hari-hariku.

 "Ya Tuhan, terima kasih. Takkan ada lagi rasa sesal di hati. Engkau menyayangiku."

Air mata membanjiri kursi rodaku. 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar

MEDIA ONLINE YANG MENYAJIKAN INFORMASI SEPUTAR WANITA YANG MENGINSIPRASI SUPAYA MEMILIKI ENERGI YANG POSITIF